MENGGAPAI KEBAHAGIAAN
DIBALIK KEGAGALAN
Fenomena kondisi hati terbukti Sangatlah rapuh. Bukti kerapuhan
itu sesaat saja Alloh tunda membuat hati menjadi gelisah tidak tentu. Ada yg
gelisah saat pemberiann gelar profesor tertunda, ada yg gelisah saat gelar
doktor tertunda, ada yg gelisah saat gelar sarjana tertunda, ada yg
gelisah karena tidak diperpanjang kontrak kerja, ada juga yg gelisah disaat
proyek tidak goal, ada juga gelisah karena tagihan proyek tidak terbayar, ada
yg gelisah saat promosi jabatan tertunda, ada juga yg gelisah saat mendapatkan
pekerjaan belum juga didapat. Ada juga yg bahkan gelisah saat hitungan jam
beduk azan magrib segera tiba tetapi belum ada persiapan untuk buka puasa.
Itu semua akan terasa sebagai sebuah penolakan Alloh dari sisi
manusianya, akan tetapi pada hakikatnya merupakan pemberian
Alloh yang nyata dan belum terlihat oleh manusia.
Ada sesorang yg diberikan amanah jabatan tinggi, dengan jabatan
tinggi itu dia bisa mengatur segala sesuatu dengan cara yg tidak baik, sehingga
dengan jabatan itu ia terjatuh kepada kesalahan besar membuat jabatan itu
dicabut.
Bukankan dengan Alloh tunda
jabatan merupakan kebaikan?
Ada sesorang yg tidak mendapatkan proyek dengan nilai 100juta pada
hari kamis kemudian diberikan proyek dengan nilai 1Milyar di hari jumat
ditempat yg berbeda. Bukankah Alloh memberikan nikmat dalam penundaan proyek di
hari kamis untuk mendapatkan proyek hari jumat?
Ada yg gagal mendapatkan proyek dengan nilai 10 Milyar, kemudian
satu bulan kemudian penerima proyek ikut terlibat korupsi proyek tersebut. Bukankah
kegagalan proyek tersebut sebuah pemberian?
Ada yg gagal mendapatkan pekerjaan di tempat dia ingin sekali
bekerja sementara dilain waktu dia menjadi suplier kebutuhan perusahan
tersebut. Bukankan penolakan tersebut merupakan kenikmatan?
Alloh maha mengetahui
sementara manusia tidak mengetauhinya sebelum Alloh berikan pengetahuannya. Dibalik
penomena itu ada hal lain lagi yg perlu direnungi janganlah pokuskan hati dalam
permohonan tapi pokuslah dalam pemberian-Nya mebuahkan hati menjadi tenang.
Dalam penomena tersebut
juga Alloh sedang memperkenalkan dirinya dengan sifat-sifatnya dan dengan
nama-namanya. Dalam kegagalan Alloh memperkenalkan sifatnya dengan sifat
memaksa. Jabbar, qohhar. Dan memperkanalkan namanya dengan sifat maaniq [Mencegah].
Dari sifat ini kita sebenarnya diajarkan bahwa segala sesuatu yg kita inginkan
tidak akan bisa kita dapatkan tanpa izin dari Alloh.
Itu artinya Alloh memberikan bocoran panduan-Nya bahwa sandaran
sepenuhnya yg memberikan segala sesautu hanya Alloh. Karena Alloh yg maha
memberikan segala sesutu. Seharusnya ketika ada orang lain yg
memberikan sesuatu yg pertama kita ingat adalah Alloh. Sebab semuanya dari
Alloh. Yang akan menyadarkan kita sesadar-sadarnya bahwa bagaimanapun kerasnya
ikhtiar kita jika Alloh tidak izinkan tidak akan berhasil. Sebaliknya meski
ikhtiar kita kurang keras jika Alloh berikan maka Alloh akan berikan.
Sekali lagi penegasanya pemberian dan penolakan pada hakikatnya
adalah sebuah pemberian yg sebenarnya.
Dari kesadaran kita sepenuhnya bahwa pemberian semata-mata
semuanya datang dari Alloh akan melahirkan sifat rojak pengharapan penuh kepada
Alloh. Dan dari penolakan-penolakan itu pada hakikatnya adalah sebuah pemberian
Alloh maka akan membuat hati kita tidak terpengaruh karena semuanya merupakan
kebaikan dari Alloh dalam meberikan dan menolaknya.
0 Comments:
Post a Comment