Friday, November 1, 2024

Transformasi Digital Pada Layanan Pendidikan dan Pembelajaran (Sebuah Keniscayaan yang Problematik)

Transformasi Digital Pada Layanan Pendidikan dan Pembelajaran

(Sebuah Keniscayaan yang Problematik)

Penulis : Suliadi, S.PdI, M.Si.

Guru MTs. Al-Istiqomah Kapu Lombok Utara

HP. 081907545694

A.    Pendahuluan

Institusi pendidikan merupakan area investasi vital dalam membangun dan membentuk generasi emas Indonesia. Garda terdepan dalam mewujudkan visi tersebut berada pada sosok guru sebagai unsur pokok penggerak pendidikan. Karenanya sosok guru di era digital saat ini harus mampu beradaptasi dan memanfaatkan perkembangan digital guna mewujudkan generasi emas Indonesia yang cerdas, berwawasan global dan berkarakter.

Secara kuantitas berdasarkan data dari Direktorak GTK Madrasah jumlah gurudan pengawas madrasah berjumlah 1.497.448 yang terdiri dari 127,504 Guru PNS (RA, MI, MTs, MA), 617,785 Guru Non-PNS (RA, MI, MTs, MA), 748,755 Guru NonPNS (RA, MI, MTs, MA) dan 3,404 Pengawas PAI dan Madrasah.

Berdasarkan data tersebut dapat disampaikan ketersediaan SDM Pendidikan Madrasah sudah memadai yang siap dikelola dengan baik guna perbaikan wajah Pendidikan Madrasah di Indonesia.

 

Hasil Survei Pustekkom tentang Guru di Indonesia di bidang teknologi informasi terdapat 60% guru masih gagap teknologi Informasi. 2 Walapun data tersebut bersifat umum (guru Kemenag-Guru Dikbud), setidaknya dapat menggambarkan kapasitas guru Indonesia yang harus segera dibenahi dan dituntaskan.

Salah satu program dari 4 (empat) program unggulan3 pemerintah melalui direktorat GTK dalam mengelola SDM Guru Madrasah adalah peningkatan kapasitas literasi digital bagi guru Madrasah. Melek teknologi menjadi keniscayaan bagi guru untuk mendukung efektivitas dan efisiensi pada proses pembelajaran, karena teknologi telah menjadi pendukung pembelajaran.

Transformasi digital menjadi peluang di Madrasah karena memungkinkan perubahan wajah pendidikan Madrasah Indonesia dalam transformasi pengetahuan, berdimensi global dan berkarakter. Kurangnya fasilitas digital, dan kapasitas guru menjadi tantangan bagi madrasah. Fokus pembahasan pada tulisan ini hanya menguraikan realita guru Madrasah dalam menghadapi transformasi digital dalam proses pembelajaran salah satunya yang dilakoni oleh penulis sendiri.

B.     Pembahasan

1.      Perubahan Paradigma Guru

Paradigma pembelajaran disebut sebagai cara pandang seseorang terhadap masalah-masalah pembelajaran yang terjadi di madrasah. Sebab pembelajaran adalah kristalisasi nilai-nilai kehidupan atau proses pembudayaan, sebagai bekal dalam menjawab tantangan kehidupan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan attitude sebagai unsur prinsipil di Madrasah.

Perubahan paradigma pada guru cenderung menimbulkan krisis yang menuntut terjadinya revolusi profesionalitas guru yang melahirkan paradigma baru yang paradoks dengan paradigma lama guru yang setidaknya dapat dipetakan sebagai berikut:

Paradigma lama Guru

(konvensional)

Paradigma Baru Guru

(Modern)

 

Perilaku guru yang didalamnya ada transmiter pengetahuan, sumber pengetahuan, berorientasi pada kurikulum, komunikasi interaksi, mekanistik, dan fokus kelas

Perilaku guru mengajar (fasilitator, motivator, mediator, panutan dan konsultan, berorientasi pada pelajar, komunikasi transaksional, lebih variative, dan fokus masyarakat)

Perilaku pelajar dimana menerima secara pasif, kompetitif (individual), taat prosedur, berbasis fakta, dan pengulangan dan latihan

Perilaku pelajar dimana konstruktif dan partisipatif, kolaboratif penemu dan penciptaan, berbasis masalah atau proyek, dan perancangan dan penyelidikan.

Evaluasi berorientasi pada hasil, penilaian secara normative, dan kognitif asas rendah (hafalan danrecall, konvergen).

Assessment: berorientasi pada proses, unjuk kerja yang konfrehensif dan kognitif tingkat tinggi (berpikirkritisdan kreatif serta divergen)

 

Guru di madrasah sampai sekarang masih banyak menggunakan paradigma lama tradisional-manual, sementara peserta didiknya sudah terbiasa dengan produk kontemporer modern-online. Akibatnya, para peserta didik berbeda secara radikal dengan para guru, karena banyak terjadi ketidaksesuaian.

Fenomena ini tentu memberikan pemahaman bahwa eksistensi guru dari satu sisi akan mengalami ancaman, karena guru akan kehilangan dedikasi dan ditinggalkan peserta didiknya. Namun disisi lain guru justru banyak sekali mendapat peluang apabila mampu meningkatkan profesionalitas, kapasitas dan kapabilitasnya diera digital ini.

Guru dapat menjadi jembatan revolusi Pendidikan di Madrasah dengan cara memanfaatkan transformasi digital dalam pembelajaran oleh guru sebagai wujud dedikasi dan profesionalitasnya yang merupakan sebuah keniscayaan yang bersifat vital dan segera. Dalam transformasi digital, setidaknya ada 3 (tiga) yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran, yaitu: (a) pembelajaran yang memusatkan pada konstruksi pencarian dan penemuan, (b) pembelajaran yang menekankan pada kreativitas dan inisiatif, dan (c) pembelajaran yang menekankan pada interaksi, Kerjasama dan berpikir kritis.

2.      Tantangan dan Solusi dalam Transformasi Digital Madrasah

Menurut Penulis, Salah satu tantangan inplementasi digital di Madrasah adalah belum terwujudnya inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara maksimal dengan memanfaatkan sarana teknologi digital yang berkembang pesat. Karena memang guru diharapkan dapat berperan nyata dalam meningkatkan mutu pembelajaran, sedangkan peserta didik yang dihadapi guru saat ini merupakan generasi yang tidak asing lagi dengan dunia digital. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan, guru harus meng-upgrade kapasitas dirinya agar benar-benar siap dalam menghadapi era pendidikan berbasis digital saat ini.

Kondisi guru saat ini belum seluruhnya siap untuk mendukung harapan tersebut. Madrasah-madrasah saat ini masih terdapat banyak guru yang gagap teknologi dan masih enggan membelajarkan dirinya untuk mengikuti kemajuan teknologi sehingga platform belajar digital, sumber belajar, media belajar digital yang membanjiri dunia maya belum secara optimal dapat dimanfaatkan oleh para guru.

Menjawab tantangan di Madrasah, kesiapan guru menjadi point utama dalam menyiapkan generasi yang mampu bertahan dalam kompetisi global. Menyiapkan guru yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi globalisasi dapat dilakukan dengan;

a.       Memanfaatkan organisasi komunitas guru Madrasah secara maksimal dalam rangka sharing praktek baik dan peningkatan kemampuan digital antar sesame guru.

b.      Memberikan pengetahuan kepada seluruh guru untuk mampu memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.

c.       Memberikan pelatihan, pendampingan, dan evaluasi secara kontinyu pada guru untuk mewujudkan pendidik responsive, handal, dan adaptif.

d.      Menyiapkan guru untuk dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif, sehingga dapat memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif.

 C.     Kesimpulan

Guru sebagai pemegang kendali penuh atas iklim pendidikan di era digital hendaknya menjadi jembatan revolusi di Madrasah minimal sebagai motivator, yang menggerakkan peserta didik untuk selalu dapat mengambil manfaat positif dari kemajuan teknologi tentunya berawal dari kemauan dan kesadaran diri untuk bergerak maju “ibda’ binafsik.

Peningkatan profesionalitas guru dibidang digitalisasi Pendidikan dapat diwujudkan dengan berkolaborasi antara pemerintah, madrasah, Industri Teknologi, dan Masyarakat dalam mewujudkan transformasi digital di madrasah yang paripurna. Wallahu a’lam

Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu.

(Al-Hadist) 

0 Comments:

Post a Comment