Begitu Cepat Waktu Berlalu.
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ
التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى فَقَالَ اللهُ
تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ
الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
Ma’asyiral Muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan
Allah.
Pertama-tama, marilah kita
senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Karena
dengan ketakwaan inilah, kita bisa meraih rida Allah swt dan dengannya pula
kita akan mendapatkan kehidupan yang mulia. Orang yang bertakwa dilabeli oleh
Allah sebagai makhluk-Nya yang terbaik. Allah Ta’ala berfirman,
اِنَّ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ
الْبَرِيَّةِۗ
“Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan,
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS.
Al-Bayyinah: 7)
Sungguh, waktu ini sangatlah cepat
berlalu. Rasanya belum lama kita berada di tahun 2024 Masehi. Namun, ternyata
tahun 2024 Masehi sudah hampir usai dan tak akan kembali. Itu juga bermakna
berlalu juga semua kesempatan ibadah di dalamnya. Setahun terasa sebulan,
sebulan seperti seminggu, dan semiggu kayaknya sehari. Sungguh, waktu sangatlah
cepat berlalu, dan itu tidaklah mengherankan, karena cepatnya waktu adalah
salah satu ciri kehidupan di akhir zaman, sebagai salah satu tanda-tanda kecil
dekatnya hari kiamat sebagaimana yang pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Sabdakan,
لاَ
تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونَ السَّنَةُ
كَالشَّهْرِ، وَيَكُونَ الشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ، وَتَكُونَ الْجُمُعَةُ
كَالْيَوْمِ، وَيَكُونَ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ، وَتَكُونَ السَّاعَةُ
كَاحْتِرَاقِ السَّعَفَةِ
“Tidak akan terjadi kiamat hingga zaman berdekatan. Setahun
bagaikan sebulan. Sebulan bagaikan sepekan. Sepekan bagaikan sehari. Sehari
bagaikan sejam. Dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma.” (HR.
Ahmad)
Ma’asyiral Muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan
Allah.
Mari kita menyonsong datangnya tahun baru 2025
M, dengan selalu berusaha memanfaatkan waktu-waktu dari sisa usia kita ini
dengan sebaik-baiknya, karena waktu dan kesempatan adalah sesuatu yang memiliki
nilai sangat berharga dalam kehidupan seorang muslim. Tidak ada seorang pun
yang sanggup membeli waktu dan kesempatan. Sungguh ia tetap berjalan, berlalu
begitu cepatnya, dan tidak mungkin kembali walau sesaat. Sebagaimana kata orang
bijak waktu ada 3 masa lalu adalah kenangan dan penyesalan, masa kini adalah
kenyataan dan balasan sedangkan masa mendatang adalah harapan yang mungkin saja
tercapai mungkin juga tidak
Maka, dari itu Islam
memandang begitu berharganya waktu. Ia merupakan modal utama seorang muslim
dalam mengarungi kehidupan yang singkat ini. Kesempatan yang sudah berlalu tak
akan kembali. Maka siapa saja yang menyia-nyiakan waktu dan umurnya, sungguh
orang tersebut telah menyia-nyiakan nikmat Allah yang agung tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ
فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ؛ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang.”(HR. Al-Bukhari
No. 5933)
Orang yang merugi adalah ia yang abai terhadap
waktu. Orang tersebut ibarat penjual yang menjual barang dagangannya dengan
harga yang lebih murah dari semestinya amat merugilah ia, atau ia membelinya
dengan harga yang terlampau mahal dari yang seharusnya maka ia boros dan
serakah.
Ma’asyiral
muslimin rahimani wa rahimakumullah
Sungguh begitu banyak diantara kita yang
mungkin telah lalai terhadap waktu dan kesempatan, bahkan sampai
menyia-nyiakannya. Banyak faktor menjadi penyebabnya, di antaranya kurang atau
bahkan tidak sadar akan penting dan berharganya waktu yang mereka punya. Atau
juga karena sifat malas dan suka menunda-nunda, di mana keduanya menjadi
senjata paling berbahaya yang dapat mengakibatkan kesengsaraan dan penyesalan
hidup.
Jika kita telaah sirah generasi terbaik umat
ini, yaitu generasi sahabat dan setelahnya, kita akan mendapati nilai-nilai
keteladanan mereka dalam hal tandzimul wakti (manajemen
waktu). Tentunya dengan selalu memiliki motivasi yang sangat tinggi terhadap
amal kebaikan sebagaiman sabda Rasulullah Saw.
:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ «بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ
الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي
مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ
الدُّنْيَا». [رواه مسلم]
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Bersegeralah untuk beramal
saleh sebelum datang berbagai fitnah seperti potongan-potongan malam yang
gelap. Imbasnya, pada pagi hari seseorang masih beriman, namun di sore hari ia
menjadi kafir. Atau, pada sore hari ia masih beriman, namun di pagi hari ia
menjadi kafir; ia menjual agamanya dengan secuil harta dunia."
Ibnu Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu selalu berkata:
مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمِي عَلَى يَوْمِ غَرَبَتْ شَمْسُهُ
نَقَصَ فِيْهِ أَجَلِي، وَلَمْ يَزْدَدْ فِيْهِ عَمَلِي
“Tidak ada yang kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, umurku berkurang, namun amalan baikku tidak
bertambah.” (Miftahu al-Afkar)
Ma’asyiral
muslimin jamaah sidang shalat Jumat yang berbahagia
Salah seorang ulama ahli tafsir, Ismail Haqqi
al-Khalwati menukilkan perkataan menarik dari salah seorang ulama dalam kitab
tafsirnya yang berjudul Ruh al-Bayan fi Tafsir al-Quran jilid
1 halaman 244. Waktu seorang hamba itu ada empat, tidak ada yang kelima;
pertama, waktu Ketika mendapat nikmat; kedua, waktu ketika sedang diuji;
ketiga, waktu ketika sedang taat; keempat, waktu ketika sedang maksiat.
Pada tiap-tiap waktu tersebut ada hak Allah
sebagai Sang Pencipta yang harus tetap dipenuhi oleh setiap hamba.
-
Jika seorang hamba sedang berada di waktu taat, maka ia harus
menyadari betul bahwa segala apa yang ada pada dirinya saat itu adalah nikmat
dari Allah. Allahlah yang telah membimbingnya untuk taat dan memberinya
kekuatan untuk selalu berada di jalan ketaatan.
-
Jika seorang hamba sedang berada di waktu ketika ia mendapat
nikmat, maka ia harus terus bersyukur sebagi cara berterimaksih atas anugrah
kenikmatan yang allah berikan.
-
Jika seorang seorang berada di waktu maksiat, maka ia harus
segera bangkit dari kemaksiatan itu untuk kemudian bertobat dan istighfar
sesering mungkin selagi menyesali sungguh allah benci dan murka yang dengan
sebabnya Allah turunkan bencana sebagai peringtan keras baginya.
-
Dan jika seorang hamba sedang berada di waktu ketika ia mendapat
ujian dari Allah, maka jalan yang harus ia tempuh adalah jalan ridha dan sabar
Karena bagi Allah itu semua menjadi lahan ibadah bagi semua
orang dalam berbagai keadaan dalam kehidapnnya, dan dengan sikap-sikap tersebut
kita akan menjadi hamba-Nya yang telah taat dan telah tunduk hanya kepada-Nya.
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah
Ketahuilah, sesungguhnya kunci kesuksesan
orang-orang terdahulu maupun bagi generasi yang akan datang adalah tidak
menunda-nunda dalam beramal kebaikan. Apa yang bisa dikerjakan di hari tersebut
mereka kerjakan dengan tidak ditinggalkan untuk dikerjakan esok harinya. Karena
kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari sebagaimana firman
Allah Ta’ala,
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ
مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا
“Tidak ada satu pun jiwa yang mengetahui apa yang akan dia
kerjakan besok.” (QS. Luqman: 34)
Oleh karenanya Ibnu Umar RA meriwayatkan sabda
Rasulullah, sebagai pengingat bagi kita
semua:
إذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ،
وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ
لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi
hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore
hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan waktu hidupmu
untuk kematianmu.” (HR. Al-Bukhari No. 5937)
Semoga Allah shubhanahu
wata’ala perkenankan hidayah dan taufik-Nya untuk kita semua. Sehingga
setiap waktu yang kita lalui betul-betul kita isi untuk kepentingan
kemaslahatan dan ditujukan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT meskipun
dalam keadaan bahagia ataupun susah, sakit ataupun sehat, tua maupun muda,
miskin atau kaya, karena hidup ini adalah anugerah dan kesempatan sebelum
anugrah dan kesempatan ditutup-Nya melalui pintu kematian setiap hamba-Nya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ.
0 Comments:
Post a Comment