Transformasi
Digital Pada Layanan Pendidikan dan Pembelajaran
(Sebuah
Keniscayaan yang Problematik)
Penulis
: Suliadi, S.PdI, M.Si.
Guru
MTs. Al-Istiqomah Kapu Lombok Utara
HP.
081907545694
A.
Pendahuluan
Institusi pendidikan merupakan area
investasi vital dalam membangun dan membentuk generasi emas Indonesia. Garda
terdepan dalam mewujudkan visi tersebut berada pada sosok guru sebagai unsur
pokok penggerak pendidikan. Karenanya sosok guru di era digital saat ini harus
mampu beradaptasi dan memanfaatkan perkembangan digital guna mewujudkan
generasi emas Indonesia yang cerdas, berwawasan global dan berkarakter.
Secara kuantitas berdasarkan data
dari Direktorak GTK Madrasah jumlah gurudan pengawas madrasah berjumlah
1.497.448 yang terdiri dari 127,504 Guru PNS (RA, MI, MTs, MA), 617,785 Guru
Non-PNS (RA, MI, MTs, MA), 748,755 Guru NonPNS (RA, MI, MTs, MA) dan 3,404
Pengawas PAI dan Madrasah.
Berdasarkan data tersebut dapat
disampaikan ketersediaan SDM Pendidikan Madrasah sudah memadai yang siap
dikelola dengan baik guna perbaikan wajah Pendidikan Madrasah di Indonesia.
Hasil Survei Pustekkom tentang Guru
di Indonesia di bidang teknologi informasi terdapat 60% guru masih gagap
teknologi Informasi. 2 Walapun data tersebut bersifat umum (guru Kemenag-Guru
Dikbud), setidaknya dapat menggambarkan kapasitas guru Indonesia yang harus
segera dibenahi dan dituntaskan.
Salah satu program dari 4 (empat)
program unggulan3 pemerintah melalui direktorat GTK dalam mengelola SDM Guru
Madrasah adalah peningkatan kapasitas literasi digital bagi guru Madrasah.
Melek teknologi menjadi keniscayaan bagi guru untuk mendukung efektivitas dan
efisiensi pada proses pembelajaran, karena teknologi telah menjadi pendukung
pembelajaran.
Transformasi digital menjadi peluang
di Madrasah karena memungkinkan perubahan wajah pendidikan Madrasah Indonesia
dalam transformasi pengetahuan, berdimensi global dan berkarakter. Kurangnya
fasilitas digital, dan kapasitas guru menjadi tantangan bagi madrasah. Fokus
pembahasan pada tulisan ini hanya menguraikan realita guru Madrasah dalam
menghadapi transformasi digital dalam proses pembelajaran salah satunya yang
dilakoni oleh penulis sendiri.
B. Pembahasan
1.
Perubahan
Paradigma Guru
Paradigma pembelajaran disebut
sebagai cara pandang seseorang terhadap masalah-masalah pembelajaran yang
terjadi di madrasah. Sebab pembelajaran adalah kristalisasi nilai-nilai
kehidupan atau proses pembudayaan, sebagai bekal dalam menjawab tantangan
kehidupan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan attitude
sebagai unsur prinsipil di Madrasah.
Perubahan paradigma pada guru
cenderung menimbulkan krisis yang menuntut terjadinya revolusi profesionalitas
guru yang melahirkan paradigma baru yang paradoks dengan paradigma lama guru
yang setidaknya dapat dipetakan sebagai berikut:
Paradigma
lama Guru (konvensional) |
Paradigma
Baru Guru (Modern)
|
Perilaku guru
yang didalamnya ada transmiter pengetahuan, sumber pengetahuan, berorientasi
pada kurikulum, komunikasi interaksi, mekanistik, dan fokus kelas |
Perilaku guru mengajar (fasilitator, motivator, mediator, panutan dan konsultan, berorientasi pada pelajar, komunikasi transaksional, lebih variative, dan fokus masyarakat) |
Perilaku
pelajar dimana menerima secara pasif, kompetitif (individual), taat prosedur,
berbasis fakta, dan pengulangan dan latihan |
Perilaku
pelajar dimana konstruktif dan partisipatif, kolaboratif penemu dan
penciptaan, berbasis masalah atau proyek, dan perancangan dan penyelidikan. |
Evaluasi
berorientasi pada hasil, penilaian secara normative, dan kognitif asas rendah
(hafalan danrecall, konvergen). |
Assessment:
berorientasi pada proses, unjuk kerja yang konfrehensif dan kognitif tingkat
tinggi (berpikirkritisdan kreatif serta divergen) |
Guru di madrasah sampai sekarang
masih banyak menggunakan paradigma lama tradisional-manual, sementara peserta
didiknya sudah terbiasa dengan produk kontemporer modern-online. Akibatnya,
para peserta didik berbeda secara radikal dengan para guru, karena banyak
terjadi ketidaksesuaian.
Fenomena ini tentu memberikan
pemahaman bahwa eksistensi guru dari satu sisi akan mengalami ancaman, karena
guru akan kehilangan dedikasi dan ditinggalkan peserta didiknya. Namun disisi
lain guru justru banyak sekali mendapat peluang apabila mampu meningkatkan
profesionalitas, kapasitas dan kapabilitasnya diera digital ini.
Guru dapat menjadi jembatan revolusi
Pendidikan di Madrasah dengan cara memanfaatkan transformasi digital dalam
pembelajaran oleh guru sebagai wujud dedikasi dan profesionalitasnya yang
merupakan sebuah keniscayaan yang bersifat vital dan segera. Dalam transformasi
digital, setidaknya ada 3 (tiga) yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran,
yaitu: (a) pembelajaran yang memusatkan pada konstruksi pencarian dan penemuan,
(b) pembelajaran yang menekankan pada kreativitas dan inisiatif, dan (c)
pembelajaran yang menekankan pada interaksi, Kerjasama dan berpikir kritis.
2.
Tantangan
dan Solusi dalam Transformasi Digital Madrasah
Menurut Penulis, Salah satu tantangan inplementasi digital di
Madrasah adalah belum terwujudnya inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru
secara maksimal dengan memanfaatkan sarana teknologi digital yang berkembang
pesat. Karena memang guru diharapkan dapat berperan nyata dalam meningkatkan mutu
pembelajaran, sedangkan peserta didik yang dihadapi guru saat ini merupakan
generasi yang tidak asing lagi dengan dunia digital. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan, guru harus meng-upgrade
kapasitas dirinya agar benar-benar siap dalam menghadapi era pendidikan
berbasis digital saat ini.
Kondisi guru saat ini belum seluruhnya siap untuk mendukung harapan
tersebut. Madrasah-madrasah saat ini masih terdapat banyak guru yang gagap teknologi
dan masih enggan membelajarkan dirinya untuk mengikuti kemajuan teknologi
sehingga platform belajar digital, sumber belajar, media belajar digital yang
membanjiri dunia maya belum secara optimal dapat dimanfaatkan oleh para guru.
Menjawab tantangan di Madrasah, kesiapan guru menjadi point utama dalam
menyiapkan generasi yang mampu bertahan dalam kompetisi global. Menyiapkan guru
yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi globalisasi dapat
dilakukan dengan;
a.
Memanfaatkan
organisasi komunitas guru Madrasah secara maksimal dalam rangka sharing praktek
baik dan peningkatan kemampuan digital antar sesame guru.
b.
Memberikan
pengetahuan kepada seluruh guru untuk mampu memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran.
c.
Memberikan
pelatihan, pendampingan, dan evaluasi secara kontinyu pada guru untuk
mewujudkan pendidik responsive, handal, dan adaptif.
d.
Menyiapkan
guru untuk dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif, sehingga dapat
memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif.
C. Kesimpulan
Guru sebagai pemegang kendali penuh atas iklim pendidikan di era
digital hendaknya menjadi jembatan revolusi di Madrasah minimal sebagai
motivator, yang menggerakkan peserta didik untuk selalu dapat mengambil manfaat
positif dari kemajuan teknologi tentunya berawal dari kemauan dan kesadaran
diri untuk bergerak maju “ibda’ binafsik.
Peningkatan profesionalitas guru dibidang digitalisasi Pendidikan
dapat diwujudkan dengan berkolaborasi antara pemerintah, madrasah, Industri
Teknologi, dan Masyarakat dalam mewujudkan transformasi digital di madrasah
yang paripurna. Wallahu a’lam
Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di
zaman mereka bukan pada zamanmu.
(Al-Hadist)